Cerita Seks Aku Malu Dengan Perbuatan Ku

gerbongdewasa168 situs blog yang memberikan sajian cerita dewasa 18+, Cerita Sex Terbaru, Cerita Mesum Terhangat, Cerita Dewasa Ngentot, Foto Bugil Terbaru, Foto Sex Tante, ABG, Memek Secara Terupdate dan selalu baru. Cerita Dewasa Terbaru 2017 - Cerita Sex Terbaru - Cerita Panas Terbaru - Cerita Mesum Terbaru - Foto Bugil Terbaru - Foto Cewek Hot Terbaru - Foto Mesum Terbaru - Cerita Sex Bolos Kuliah Demi Ngentot - dan Seputar Dewasa Terbaru 2017

Cerita Seks Aku Malu Dengan Perbuatan Ku
Penting bagiku untuk datang tepat waktu hari ini, sebab aku tidak ingin mengecewakan dosen yang sudah berulang kali memarahiku. Entah kenapa hari ini semuanya tampak tidak bersahabat denganku. Terminal bus yang terlalu ramai dengan orang-orang seolah-olah mengatakan bahwa aku harus datang lebih awal lagi jika tidak ingin terlambat.

'Aku akan datang tepat waktu hari ini atau tamatlah sudah semua persiapan pada hari ini' selorohku dalam hati.
Bus yang kutunggu akhirnya datang juga, namun kayaknya hari ini lebih penuh dari biasanya, aku bergegas berdesakan dan masuk ke dalam bis tanpa ac yang baunya bercampur-campur antara bau keringat yang tengik dan bau penumpang yang tidak mandi hari ini kurasa. Tapi dengan membulatkan tekad akhirnya aku berhasil naik dan seperti sudah di duga aku tidak mendapatkan tempat duduk hari ini.
“Hmm, pasti ada pria tampan yang mau memberikan tempat duduk kepada gadis manis hari ini” pikirku sambil menoleh kiri dan kanan mencari pria yang dimaksud.
Namun akhirnya aku harus berdiri sampai bus berhenti di depan fakultasku. Oh My God! Aku terlambat lagi hari ini. Kali ini keterlaluan sekali terlambat sampai 30 menit, mana hari ini ada tes kecil lagi. Aku langsung berlari kencang setelah membayar ongkos bus ke pak kondektur. Rok lipit-lipit warna senada yang kupakai berkibar-kibar seolah ingin protes dengan kecepatan lariku. Ada seorang mahasiswa yang hampir kutabrak langsung berteriak “Sinting!!” tapi aku tak peduli dan terus berlari. Payudara ku yang berukuran 36 B, dibungkus dengan BH merah merek Pierre Cardin tampak terguncang-guncang naik turun dengan semangatnya, ya memang potongan BH sedikit rendah dan kemeja yang kupakai agak longgar sehingga aku merasa seperti BH nya mau melorot kebawah.
Aku terus berlari dan menaiki anak tangga ke ruang kuliahku yang di lantai 4. Aku berkuliah di sebuah universitas swasta yang cukup punya nama di Surabaya. Sambil terus berlari aku kembali berpapasan dengan beberapa cowok yang sedang duduk-duduk di tangga sambil bercakap-cakap. Mereka bersuit-suit melihat aku berlari, bagiku itu justru menambah semangatku. Dengan Sepatu hak tinggi berwarna hitam menyala setinggi 5 cm tidak mengurangi kegesitan ku. Aku sudah berada di ujung tangga ketika kusadari para cowok kurang ajar itu mungkin mengintip dari bawah tangga.
'Sialan!!' umpatku dalam hati, mereka pasti tahu aku mengenakan celana dalam merah hari ini.
Akhirnya dengan segala perjuangan aku akhir sampai ke depan ruangan kelas, aku kemudian mengetok pintu, masuk dan langsung ke bangku yang masih kosong di belakang.
Aku masih terengah-engah ketika Pak Budi, demikian nama dosenku, meneriaki namaku dengan keras.
“DESSY!!, KAMU TAHU INI SUDAH JAM BERAPA???” aku sampai meloncat kaget mendengar teriakan itu.
“AYO KAMU KEDEPAN DULU SINI” aku mengumpat dalam hati kemudian dengan berat langkah menuju ke depan kelas.
Aku berdiri di depan kelas menghadap anak-anak yang tiba-tiba menjadi ramai seolah di depan kelas ada sesuatu yang aneh. Pak Budi menatapku dengan dingin, matanya seolah ingin menjelajahi tubuhku, napasku masih sangat terengah-engah dan akibatnya payudaraku bergerak naik turun seiring dengan napas ku. Kemeja putih yang aku pakai memang agak longgar tapi terbuat dari kain yang cukup tipis, sehingga samar-samar pasti terlihat warna BH ku yang menyolok, ah tapi cuek sajalah. Aku langsung mengecek ke bawah untuk melihat apakah pakaian yang aku pakai harus ditata jika tidak semestinya,
'Semuanya tampak rapi' pikirku cepat.
'Haah, ternyata ada noda keringat basah yang tampak seperti bunga di kedua sisi ketiakku. Shit!!' kataku dalam hati.
“Maaf Pak Budi hari ini saya terlambat karena bus sangat lama datangnya” aku berkata cepat namun berusaha untuk tidak memicu kemarahannya.
“Ya, saya tahu tapi hari ini kita sedang tes, dan kamu tahu aturannya kan bahwa ikut tes ini merupakan kewajiban sebelum UAS atau kamu tidak akan lulus pelajaran saya jika tidak mengikuti tes ini” jelas Pak Budi tegas.
“Kamu setelah kuliah ini harap menemui saya di kantor, kamu harus ikut tes susulan atau kamu tidak akan pernah lulus” lanjutnya.
“Ya pak” jawabku cepat.
Mata kuliah Pak Budi merupakan suatu mata kuliah yang sangat penting untuk mengambil mata kuliah lain karena tercantum hampir dalam setiap prasyarat mata kuliah lain. Dengan tidak lulus mata kuliah ini kemungkinan semester depan aku hanya dapat mengambil 1 mata kuliah saja yang lain semua terkena prasyarat.
'Aku anak yang bertekad baja, aku harus lulus mata kuliah ini!!' tekadku dalam hati.
Pak Budi, umur 33 tahun, perawakan besar tinggi dan berkumis, kulitnya agak sawo matang tapi cukup putih untuk ukuran lelaki. Statusnya sudah cerai dengan istrinya dan sekarang hanya tinggal sendirian di salah satu kawasan elit di Surabaya, sebenarnya Pak Budi orang kaya dia punya usaha sampingan Rumah Walet di beberapa tempat. Tidak jelas mengapa ia mau menjadi dosen yang bayarannya hanya beberapa juta sebulan. Yang jelas orangnya ramah dan punya banyak teman. Teman saya pernah memergoki pak Budi di salah satu pub elit bersama temannya setelah di tanyai katanya urusan bisnis.
Oh ya, namaku Dessy, aku cewek berusia 21 tahun. Sekarang kuliah semester 3 jurusan ekonomi, tubuhku langsing tapi berisi. Rambutku sebahu dan lurus seperti iklan yang di re-bonding itu loh. Banyak orang bilang aku cantik dan bukan saja orang hanya bilang, tapi aku sendiri bekerja paruh waktu sebagai SPG di berbagai tempat dan juga sebagai pagar ayu. Pokoknya untuk urusan pamer wajah dan badan aku pasti di ajak. Bukan apa apa sebenarnya, tetapi memang itulah kelebihanku. Aku punya banyak teman cowok maupun cewek aku orang yang pintar bergaul atau memang aku cantik sehingga banyak di kerubungi cowok yang sekedar senang atau memang menginginkan sesuatu, bukan hanya cantik, tapi juga seksi.
Dadaku cukup padat berisi dan sesuai dengan postur tubuhku yang tinggi 165 cm dan berat 51 Kg, Kukira itu ukuran ideal yang di inginkan setiap wanita. Walaupun aku orang nya sering berada dimuka umum tapi aku sebenarnya agak pemalu, aku tidak berani berbicara sambil menatap mata orang, hanya kadang-kadang aku harus PeDe karena di bayar untuk itu. Tentu bukan hanya payudara ku saja yang indah, kulitku juga putih dan betisku mulus menantang setiap mata yang mampu menjelajahinya. Aku rajin merawatkan tubuh di berbagai salon kecantikan karena menurut bosku supaya lebih bernilai jual, entah apa maksudnya. Mungkin supaya penjualan produknya semakin besar atau supaya sering dipakai jadi SPG.
“Dessy, hari ini bapak tidak sempat ke kantor lagi karena ada urusan penting yang tidak bisa di tunda. Kalau kamu betul pengen ikut tes ini, nanti hubungi bapak agak sore ya. Kalau lain kali bapak sudah enggak bisa kasih tes lagi, atau kamu mengulang aja tahun depan ya?” ucapan Pak Budi membuyarkan lamunan ku.
Ternyata di kelas tinggal aku sendirian. Entah sejak kapan bubar, kayaknya aku terlalu banyak melamun hari ini.
“Saya mau lulus semester ini pak, bagaimana kalau bapak tidak sempat nanti sore saja tes nya bahkan kalau di rumah bapak sekalipun saya bersedia yang penting bapak mau meluangkan waktu untuk saya” kataku gugup karena pikiranku baru terputus dan kacau.
“Kamu tahukan nomor HP bapak kan? Ya sudah nanti sore bapak tunggu ya” Lanjut pak Budi cepat langsung bergegas pergi.
Sudah jam empat sore ketika rangkaian kuliah hari ini selesai, aku tidak sempat pulang lagi, sambil melirik jam guess di tangan kiriku, janjiku dengan Pak Budi adalah jam 4.25 aku harus bergegas sebelum terlambat lagi, tidak usah melapor ke rumah lagi toh tidak ada orang di rumah ku. Aku tinggal sendiri karena aku sebenarnya bukan orang Surabaya, aku anak luar pulau, aku tinggal sendirian di rumah kontrakan kecil yang tetangganya pun aku tidak berapa kenal. Keberanianku tinggal sendirian semata karena tekadku kuliah di Surabaya. Ya aku memang cewek bertekad baja.
“Aku naik ojek sajalah ke rumah Pak Budi biar tidak terlambat” pikirku.
Benar juga tidak sampai 10 menit aku sudah berdiri di depan sebuah rumah mewah berlantai 2 Pak Budi juga kebetulan baru pulang sehingga kami sama-sama masuk ke rumah. Pak Budi kemudian meminta waktu untuk mandi sebentar dan mempersilakan saya duduk di sofa berbulu putih yang tampaknya mahal. Begitu pak Budi hilang dari pandangan mataku aku berdiri dan melihat-lihat sekelililing.
Aku terkagum-kagum melihat koleksi lukisan pak Budi yang indah-indah. Tiba-tiba ada geraman di belakangku, entah dari mana datangnya tapi dua ekor doberman besar sudah ada di belakangku dalam jarak kurang dari satu meter. Doberman-doberman tersebut cukup besar dan tinggi. Mereka mulai menggeram-geram dan maju perlahan. Aku takut sekali tapi aku tidak berani lari karena pasti di kejar dan bisa di gigit. Aku hanya maju ke dinding dan diam mungkin anjing itu akan menganggap aku bukan ancaman dan pergi. Aku merasa mereka makin mendekat mungkin hanya 1/4 meter lagi. Aku ingin berteriak tapi takut mereka jadi tambah galak lagipula Pak Budi kemungkinan tidak mendengar dari kamar mandi. Aku cuma menutup mata dan berharap yang indah-indah.
Dalam kegelapan tiba-tiba semua hening, anjing-anjing itu pasti sudah pergi, aku mencoba membuka mata dan menoleh ketika tiba-tiba terasa napas hangat di… Astaga!! di bagian atas belakang lutut. Salah satu doberman itu sudah begitu dekatnya sehingga napasnya dapat di rasakan pada kulitku yang mulus itu. Ia mulai menjilat-jilat bagian belakang pahaku, semakin lama semakin ke atas. Aku mulai merasa geli tapi tidak berani bergerak sedikitpun, jilatan itu menjadi semakin liar seolah-olah pahaku ada rasanya, yah.. mungkin bau dari kemaluanku, dan keringat yang mengering. Aku pernah menonton TV yang mengatakan bahwa binatang suka tertarik dengan bau kelamin lawan jenisnya sebelum memulai hubungan seks. Jilatan itu semakin naik sampai ke sela-sela paha bagian belakang dan mulai mengenai celana dalamku.
“Ooohh, celana dalamku pasti basah nih” pikirku.
Ludahnya terasa sekali banyaknya dan hangat serta geli. Aku mulai merasa terangsang karena jilatan itu. Doberman tersebut semakin bersemangat. Kayaknya ia tertarik dengan celana dalam merahku karena ia sudah tidak menjilati paha lagi tapi sudah menjilat celana dalamku. Kurasakan kemaluanku basah karena cairan kemaluanku sendiri deras mengalir seiring dengan ekstasi kenikmatan yang aku rasakan.
Aku tiba-tiba terpikir bagaimana kalau celana dalamku di korbankan saja ke anjing itu, tapi bagaimana dengan anjing satunya yang menonton bagaimana kalau ia mau juga tapi kayaknya, oh syukur lah, hanya tinggal seekor saja. Aku memberanikan diri untuk mengangkat rok dan melucuti celana dalamku. Anjing itu menurut aja untuk menunggu seolah sudah tahu kalau celana dalam itu akan menjadi mainannya. Ia mundur dan membiarkan aku melucuti celana dalamku. Celana itu meluncur turun dengan cepat dan kulempar yang jauh. Tak disangka anjing itu langsung mengejar celana dalam itu dan memberi aku tempat kosong dan waktu untuk lari. Aku langsung lari dan mencari tempat yang aman.
“Harus tempat yang tidak dapat di jangkau anjing tersebut” Pikirku cepat.
Kulihat di kebun belakang ada bangunan menyerupai air mancur dan letaknya cukup tinggi tapi harus dipanjat sedikit. Aku langsung lari kesana dan memanjat lalu berdiri diatasnya. Akhirnya aman juga, begitu Pak Budi selesai mandi aku langsung berteriak minta tolong. Anjing itu juga tampaknya sibuk dengan celana dalamnya, sudah hampir di telan dan di gigit-gigit.
“Harganya Rp 200.000, mati aku, baru beli lagi” pikirku.
Tiba-tiba aku panik bagaimana menjelaskan semua ini ke Pak Budi ya? Lagipula sekarang aku harus turun dibantu oleh Pak Budi karena tidak mungkin aku meloncat ke bawah, Bagaimana kalau kelihatan dari bawah oleh Pak Budi kalau aku tidak mengenakan celana dalam? Atau haruskah dia berterus terang saja, toh Pak Budi juga akan tahu kalau aku tidak pakai celana dalam?!.
Tiba-tiba Pak Budi muncul dari dalam rumah dan berkata “Dessy, kamu kok di atas sana?”
“Menghindari anjing bapak” jawabku.
“Anjingnya sudah bapak usir keluar ayo bapak bantu turunin kamu” kata Pak Budi sembari maju mendekati.
“Saya bisa sendiri kok saya lompat aja” jawabku lagi.
Aku ogah ketahuan kalau enggak pakai celana dalam. Pak Budi bersikeras mau membantu aku turun jadi dia pergi mengambilkan kursi untukku. Akhirnya sampai juga di bawah lagi sekarang tinggal mengambil celana dalam itu yang pasti sudah di tinggalkan anjingnya di lantai. Mataku langsung cepat menyapu lantai mencari benda itu sebelum terlihat Pak Budi. Aku sedang sibuk memeriksa lantai ketika Pak Budi datang lagi sambil berkata,
“Ini punyamu ya?” ditangannya terjulur sebuah celana dalam merah ku yang sudah basah kuyup dan penuh gigitan. Ini sangat memalukan masa celana dalam saya di pegang Pak Budi terus basah lagi.
“Iya Pak, semua itu gara-gara anjing bapak, terima kasih Pak” jawabku gugup sambil menyambar benda itu dari tangan Pak Budi.
“Nanti bapak ganti deh, maafkan anjing bapak” kata Pak Budi sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Berdiri di depan Pak Budi dengan rok sependek ini dengan kenyataan tidak mengenakan celana dalam membuatku terangsang lagi. Cairan kemaluanku pasti menetes ke lantai nih, 'Oohhh aku sudah tidak tahan lagi' pikirku dalam hati.
Benar aja dugaanku tiba-tiba setitik cairan menetes kelantai di iringi tetes berikutnya. Hal ini terlihat jelas oleh Pak Budi yang kebetulan sedang menunduk.
“Oh, kamu pengen pipis ya? Itu ada kamar mandi. Bapak tidak punya celana dalam wanita buat gantinya tapi kalau mau bapak ngajak kamu ke mal untuk beli gantinya sekarang” tawar Pak Budi.
Saya tidak menjawab langsung aja ngeloyor ke kamar mandi. Pak Budi memandangku sampai aku masuk ke kamar mandi.
“Bapak-bapak boleh keluar sekarang” ucap Pak Budi.
Tampak dari sebuah ruangan sebelah yang dibatasi kaca cermin 1 arah keluarlah beberapa orang laki-laki setengah baya. Salah satu dari mereka tampaknya kaya dan peranakan tionghoa. Kelihatannya Ia businessman yang sukses. Sedangkan yang lain kelihatan adalah kaki tangannya.
“Pak Bandi, bagaimana anjing saya Pak? Anjing ini khusus di latih di Eropa untuk meniduri wanita yang ditemuinya sangat hebat dan ahli di bidangnya. Tawaran saya 750 juta masuk akal sekali kan Pak?” jelas Pak Budi.
“Seperti yang telah bapak saksikan sendiri dia dari belakang cermin tadi, anjing-anjing tersebut mampu mendekati dan melakukan inisitiaf sendiri, mereka bisa mencium bau kemaluan wanita dari jarak berkilo-kilo jika bapak mau pun dia bisa berhubungan seks dengan wanita tanpa perlu di bimbing asal wanita tersebut tidak melawan dan telanjang” lanjut Pak Budi jelas.
“Okelah kita deal aja yang penting kamu harus kasih saya 1 show sebagai complimentary dan sekaligus melihat kemampuannya” Pak Bandi berkata sambil menepuk pundak Pak Budi, “Dan saya mau wanita tadi yang dipergunakan dalam show itu, dia tampak putih dan merangsang serta seksi saya suka dia” lanjut Pak Bandi.
Pak Bandi langsung pamit dan keluar di depan sudah menunggu sebuah BMW seri 7 terbaru berwarna hitam gress dengan supir yang berpakaian putih-putih. BMW itu melaju cepat meninggalkan kediaman Pak Budi.
Sementara itu Dessy sudah selesai mencuci dan mengelap kering kemaluannya yang basah akibat jilatan anjing tersebut. Celana dalam itu tidak jadi dipakai kembali karena jijik dengan ludah dan lendir dari anjing terebut, ia bahkan akan membuangnya jika sudah dapat yang baru. Tentu saja ia suka dengan ucapan Pak Budi yang berjanji untuk menggantinya dengan yang baru. Ia keluar dengan rok tanpa celana dalam. Terasa dingin karena angin bertiup di bawah kemaluannya. Ide mengenai jalan-jalan di mal tanpa mengenakan celana dalam cukup memalukan rasanya apalagi lelaki yang menemaninya mengetahui hal itu. Tapi tidak ada pilihan lain demi tes yang harus di kerjakan hari ini. Demi kelulusan yang dia cita-citakan selama ini.
Pak Budi menghampiri dia sambil membawakan segelas besar juice leci yang tampaknya enak dan dingin.
“Sebagai rasa bersalah saya ini hidangan sekadarnya, maaf kalau tidak ada makanan, nanti keluar makan aja sekalian sekarang di minum dulu lalu saya tunggu di mobil” tukas Pak Budi.
Aku minum dengan cepat sampai tumpah sedikit di kemejaku tepat di bagian payudara sebelah kiri rasa dingin langsung menyergap ke dalam. Aku tidak sempat ke kamar mandi lagi langsung ku lap saja pakai tangan dan berlari ke mobil yang sudah menunggu di depan.
Di mal, permainan di mulai.
“Kamu ulang aja tahun depan ya” ucapan Pak Budi membuyarkan keheningan di mobil, “Maaf walau ada kejadian tadi tapi semuanya kan berawal dari keterlambatan kamu” lanjutnya.
“Saya harus lulus apapun caranya” pintaku. Apapun caranya.
“Kalau begitu nanti tesnya lisan aja di mal ok, kan kamu bilang apapun caranya” tawar Pak Budi.
“Ok” kataku cepat seolah tidak ingin dia berubah pikiran.
Begitu turun dari parkir aku langsung berjalan menuju department store sementara Pak Budi ikut di belakangku. Pak Budi mengisyaratkan agar Dessy mengikuti dia dan seolah sudah tahu jalan Pak Budi langsung menuju ke tempat penjualan underwear di department store tersebut. Agak kagum namun di telan aja kekaguman itu, perhatian Dessy tertuju di setumpuk celana dalam yang bermerek sama dengan BH nya saat ini. Ia sudah menemukannya ketika seorang pelayan mengatakan bahwa celana dalam tersebut boleh di coba di kamar pas. Hal itu sedikit aneh bukan? Seharusnya celana dalam tidak boleh di coba? Ah tapi persetan dengan keanehan itu yang penting aku sekarang sudah kedinginan dan sudah mulai terangsang lagi.
Kamar pas itu pas di sudut dengan cermin di dua sisi. Agak sempit tapi cukup terang berlantai karpet. Ia mengunci pintu dengan baik dan mulai membuka roknya. Tampak kemaluannya menyembul sedikit berwarna kemerahan dan tampak basah mengkilap dibawah siraman lampu. Ia mengangkat sebuah kakinya ke atas sebuah dudukan yang ada di ruang ganti tersebut sambil memeriksa kemaluannya yang basah. Rambut kemaluannya nampak cukup lebat dan subur sekali. Kemaluannya memiliki bibir yang mungil yang mampu mengundang semua “kumbang” untuk berduyun-duyung mengerubunginya. Bukan hanya “kumbang” bahkan mungkin kumbang juga akan berduyun-duyun mengerubunginya, mungkin siapa tahu. Bau lendir dari kemaluan sangat khas sekali setiap cewek bisa mempunyai bau yang berbeda namun seorang yang ahli dapat tetap membedakan mana bau dari kemaluan mana bau dari ketiak.
Setelah di usap-usap sampai tampak kering barulah ia mengenakan celana dalam tersebut. Astaga celana dalam itu seksi sekali di pinggulnya, kenapa tidak terpikir dari dulu ya? Dia berputar-putar sejenak untuk memastikan semuanya benar dan melangkah keluar tanpa membukanya lagi. Sampai di depan tampak Pak Budi lagi bercakap-cakap dengan sang pelayan tersebut. Pak Budi memberi kode apakah cocok dan ia mengiyakan, selanjutnya uang pun berpindah tangan ke laci kasir.
“Sekarang ayo kita makan sebelum tes di mulai” perintah Pak Budi sambil menggandeng tanganku, reflek aku menarik tanganku tapi kembali di pegang Pak Budi kali ini agak keras sehingga aku takut dan menurut aja toh habis ini selesai sudah.
Kami makan di sebuah cafe yang memiliki kursi sofa berbentuk L dan tampak sangat private mungkin karena suasana cafe yang agak remang-remang dan orang yang tidak banyak mungkin hanya 3 meja yang ada penghuninya kebanyakan adalah pasangan muda. Kami memilih meja di sudut dan mulai memesan makanan.
Pak Budi memesan steak ayam dengan segelas nescafe dan aku memesan salad semangka, nasi goreng special dan Lemon Tea. Aku betul-betul lapar sehingga begitu di tawari makanan ini aku mengangguk aja. Aku sedang menunggu pesanan ketika tiba-tiba aku merasa ada tangan di bawah rokku.
Tangan Pak Budi yang kasar meraba pahaku yang mulus. Aku mau berteriak tapi tidak enak kalau Cuma Pak Budi tidak sengaja benar kan. Aku memandang Pak Budi ketika tiba-tiba Pak Budi menciumku. Aku langsung kaget dan mundur sambil berkata
“Maaf, Bapak jangan begitu” tapi Pak Budi membalas dengan mengatakan bahwa tes nya akan saya beri sekarang.
Tiba-tiba terpikir bahwa bisa saja tes di ganti dengan pelukan dan kencan kilat seperti yang biasa di halalkan di kalangan dosen tertentu. Ah menurut sajalah. Tangan Pak Budi mulai merajalela dan semakin ke atas meraba daerah kemaluanku. Kontan aku basah lagi karena merasa nikmat dan geli, aku mulai menuruti permainan Pak Budi ketika aku tersadar kami sedang ada di mal, didalam cafe dan sedang menanti makanan, dan mungkin saja ada orang yang melihat. Saya berusaha memberitahu dan melihat kalau-kalau ada yang melihat tapi sia-sia. Jari Pak Budi sudah berada di dalam celana dalamku di gosok-gosokan ke kemaluanku yang basah. Rangsangan yang diberikan semakin hebat aku mulai tenggelam dan merintih nikmat.
Tiba-tiba Pelayan entah bagaimana sudah ada di dekat situ. Bagaimana kalau dia melihat kami berciuman? Ah itu sudah jelas dan mungkin lumrah. Tapi bagaimana kalau ia melihat tangan Pak Budi berada di bawah rok ku? Tiba-tiba semua kembali biasa lagi Pak Budi dan aku menerima makanan kami dan mengucapkan terima kasih. Pelayan itu meninggalkan kami sesaat kemudian. Pak Budi kemudian menunjukan jarinya yang basah oleh lendir kemaluanku. Basah sekali sampai aku kaget dan malu apa iya aku jadi sebasah itu. Lendir itu betul berbau khas ketika di dekatkan ke hidungku. Aku malu sekali belum pernah semalu ini di depan umum. Apalagi ketika Pak Budi mencium bau lendir tersebut dekat hidungnya. Dunia rasanya mau runtuh aja. Tiba-tiba Pak Budi tersenyum dan menatapku dan berkata kamu lulus tes nomor satu.
Tiba-tiba entah kenapa aku pengen pipis setelah selesai makan, mungkin karena cairan yang aku minum terlalu banyak sejak tadi. Aku mengatakan hal itu kepada Pak Budi dan meminta izin kebelakang. Pak Budi mempersilakan aku langsung lari ke kamar mandi terdekat. Eh.. Ternyata sesampaiku disana kamar mandinya sedang out of order karena mungkin sedang di bersihkan, aku tidak menyerah dan naik ke lantai berikutnya yang ini juga out of order. Sementara otot lubang kencingku mulai berteriak-teriak seperti lagi kebakaran,
'Tolong kucurkanlah airnya, siram api itu' kalau andai kata otot tersebut bisa bicara.
Sepertinya kencingnya sudah diujung mau meluncur keluar ketika aku sedang menaiki eskalator ke lantai berikutnya, disini malah kamar mandinya tidak ada. Akhirnya dengan langkah gontai dan menahan pipis yang semakin mendesak aku kembali ke cafe dengan harapan Pak Budi mengetahui letak toilet yang lain. Pak Budi masih minum kopi ketika aku sampai dan langsung duduk kembali.
“Semua toilet rusak Pak” jawabku putus asa.
“Buka saja celana dalammu dan pipis disini” kata Pak Budi ringan seolah-olah jawaban itu sangat bijaksana.
Wajahku memerah seketika mendengar jawaban itu, malu rasanya saking hebatnya sampai-sampai pipisku muncrat sedikit.
“Bagaimana mungkin Pak” Jeritku pelan,
“Buka dulu celana dalam kamu dan taruh di atas meja” perintah Pak Budi.
Hatiku langsung berdegup kencang dan wajahku menjadi semakin merah. Tapi aku takut dan mengikuti aja pak Budi. Aku mengangkat rokku sedikit dan melucuti celana dalam ku sambil duduk sambil berharap cemas tidak ada orang di cafe itu yang tahu. Celana dalam itu kuserahkan ke Pak Budi yang kemudian di taruh di atas meja. Selanjutnya aku menunggu instruksi Pak Budi. Pak Budi mengambil gelas kosong bekas lemon tea yang tadi kuminum dan menyodorkannya ke aku, sambil berkata,
“Kamu pipis aja ke gelas ini, toh tidak ada yang tahu kalau itu lemon tea atau pipis kamu”.
Hatiku langsung copot mendengar perintah itu. Tapi ya mungkin itu satu-satunya jalan. Meja tempat kami duduk bukan tipe tertutup cuma saja karena kursi sofa sehingga posisi meja menutupi ku sampai batas dada dan juga meja tersebut cukup lebar Ya cukup tertutup dan rendah sehingga orang tidak mudah melihat apa yang terjadi di bawah meja tapi kalau ada yang menjulurkan kepala di bawah meja pasti akan terlihat pemandangan indah.
Aku menerima gelas tersebut dengan tangan gemetar selanjutnya aku memposisikan duduk ku ke ujung kursi agar bisa meletakkan gelas di bawah kemaluanku. Aku tidak berasa jelas dimana posisi gelas apakah sudah tepat atau belum yang pasti aku harus membuka paha agak lebar, tangan kanan ku memegang gelas dan tangan kiri ku membuka bibir kemaluanku lebar-lebar, gelas kuposisikan tepat di mulut bibir kemaluanku dan tiba-tiba Pak Budi berkata,
“Jangan pipis dulu jaga aba-aba dari saya, dan jangan pipis terlalu kuat bunyinya itu bisa memancing perhatian orang”
Saya kemudian memandang sekeliling tampak ada beberapa laki-laki yang duduk berhadapan tapi tidak memperhatikan kami. Andaikata mereka menundukan badan kebawah sudah pasti mereka melihat jarak meja kami Cuma 1,5 meter saja. Mereka tepat berhadapan dengan kami, tadinya mereka tidak ada entah kenapa bisa berada di situ.
“Oke Dessy, kalau sudah siap saya hitung sampai 3 dan kamu mulai pipis, 1.. 2.. 3” demikian aba-aba dari Pak Budi.
Aku pipis dengan perlahan tapi stabil, muncratan pertama agak keluar dan membasahi jariku dan mungkin juga lantai, tapi begitu pipis keluar lancar sudah tidak tumpah lagi. Aku betul-betul sudah tidak tahan lagi terlambat semenit pasti aku sudah pipis di kursi sofa tersebut. Tiba-tiba Pak Budi memanggil pelayan di meja sebelah, aku baru mengeluarkan 1/3 dari seluruh kencingku, ketika pelayan tersebut dengan sigap mendatangi mejaku.
Tiba-tiba aku sadar celana dalamku sudah tidak ada di atas meja. Celana dalam tersebut berada 1/2 meter di depan mejaku siapapun yang mengambilnya akan tahu aku sedang pipis ke dalam sebuah gelas, dan dia pasti akan mendapatkan pemandangan yang sangat indah. Bibir kemaluan yang terbuka, gelas yang berisi separuh cairan pipis kekuningan, dan lubang kemaluan yang memancarkan pipis kekuningan, pertunjukan yang cukup indah bukan hanya untuk kelas cafe.
“Tolong ambilkan celana nona ini jatuh di depan itu Pak” Pak Budi meminta tolong pelayan untuk mengambil celana dalam yang jatuh di depan meja kami.
Pelayan itu membungkuk dan mengambil celana dalam itu. Semua terjadi begitu cepat sampai aku tidak sempat menghentikan kegiatan ini. Dalam hati aku mau pingsan aja, pasti pelayan itu melihat aku pipis, oh tidak, pelayan itu kemudian berdiri dan sambil tersenyum sambil menyodorkan celana dalam itu ke saya, kedua tangan saya sedang sibuk di bawah ketika saya disodori celana dalam itu. Pelayan itu wajahnya merah karena malu dia kayaknya kaget sekali ketika tadi memungut celana itu.
“Taruh aja di meja itu, terima kasih Pak” jawabku menahan malu dan mukaku merah.
“Kamu ini bagaimana sih Des, masa orang sudah angkat barang kamu, kasih baik-baik masa kamu suruh taruh di meja itu kan celana dalam yang tidak sepatutnya berada di meja” sergap Pak Budi, “Terima dengan kedua tangan kamu, berdiri dan membungkuk sendikit sambil mengucapkan terima kasih, ayo cepat!!” lanjut Pak Budi setengah marah-marah.
“Tapi..” kencingku meluncur lebih deras dan tidak berdaya, tanganku tidak mungkin kuangkat, Aku sadar Pak Budi sedang mempermalukan ku di depan pelayan ini.
“Tapi saya tidak bisa Pak” pintaku memohon.
“Ya, sudah selesaikan dulu kerjamu baru terima celana itu dan lakukan seperti yang saya perintahkan” lanjut Pak Budi penuh wibawa.
Rasanya seperti setahun ketika akhirnya aku selesai memuntahkan seluruh kencing ke dalam gelas, tepat segelas penuh. Aku jadi sadar gelas ini harus kuangkat ke atas meja supaya kedua tanganku kosong. Aku mengangkat gelas itu dengan gemetar kutaruh di atas meja dan kemudian aku berdiri dan menerima celana dalam itu dan mengangguk terima kasih.
Pelayan itu sepertinya melihat semua yang terjadi ketika dia tersenyum penuh arti kepadaku sambil menyodorkan celana dalam tersebut.
“Minumannya sudah tidak diminum lagi non, biar saya angkat” pelayan itu berkata penuh arti seolah-olah tidak tahu apa-apa.
“Sabar dulu belum habis diminum, ada apa buru-buru, ayo Dessy, habiskan dulu minuman kamu” Pak Budi berkata seolah tidak terjadi apa-apa juga.
Dessy langsung syok begitu melihat segelas penuh kencingnya sendiri dalam satu-satunya gelas yang berisi 'minuman'. Matanya menoleh ke Pak Budi sambil berharap Pak Budi tidak memaksa dia untuk meminum 'minuman' dalam gelas itu.
“Ayo habiskan kalau kurang manis bisa tambah gula” sambil mengambil sedotan di atas meja dan memasukan nya ke dalam gelas tersebut.
Aku malu sekali harus meminum air kencing sendiri dalam gelas tinggi yang di beri sedotan lagi dan bukan saja itu melainkan di saksikan juga oleh 2 orang yang satu bahkan aku tidak tahu namanya dan mereka juga tahu bahwa itu adalah air kencingku sendiri. Tanganku gemetar memegang gelas yang hangat dan memasukan sedotan ke mulutku. Rasanya seperti berabad-abad dan kedua orang di depanku menunggu dengan penuh senyuman melihat aku minum.
Rasanya sedikit asin dan baunya sangat pesing. Warnanya kuning dan penuh busa. Nasi goreng di perutku rasanya mau keluar semua ketika cairan kuning itu mulai membasahi tenggorokanku dan lambungku. Minum segelas penuh rasanya lama sekali bahkan aku di paksa menghisap sampai habis tuntas dan menjilat gelas tersebut. Pelayan tersebut mengambil gelas tersebut dan diangkat ke atas sambil berkata
“Wah, nona ini hebat ya minumnya, mau tambah lagi”
“Tiiidak..” Tangisku.
Kami membayar lalu keluar dari cafe diiringi ucapan terima kasih dari pelayan tersebut sambil berkata
“Lain kali datang lagi ya”.
Aku hampir pingsan ketika pelayan tersebut membisikan sesuatu ke telingaku.
“Gelas itu tidak akan pernah ku cuci akan di taruh di atas pajangan dan di beri tulisan ‘Dessy meminumnya sampai Habis’ tiap kali kamu datang aku akan menceritakan peristiwa ini kepada tamu yang ada”
Lututku langsung lemas.


Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Mesum, Cerita Hot, Cerita Sex Bergambar, Cerita Seks Panas, Cerita Bokep Seks, Cerita Sex sedarah, Cerita Sex Tante, Kisah Seks, Cerita Panas, Cerita Mesum
Cerita Seks Aku Malu Dengan Perbuatan Ku Cerita Seks Aku Malu Dengan Perbuatan Ku Reviewed by Ratu Judi Online on 06.01 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.