Cerita Sex Profesi dan Kehormatan (Part 1)

gerbongdewasa168 situs blog yang memberikan sajian cerita dewasa 18+, Cerita Sex Terbaru, Cerita Mesum Terhangat, Cerita Dewasa Ngentot, Foto Bugil Terbaru, Foto Sex Tante, ABG, Memek Secara Terupdate dan selalu baru. Cerita Dewasa Terbaru 2017 - Cerita Sex Terbaru - Cerita Panas Terbaru - Cerita Mesum Terbaru - Foto Bugil Terbaru - Foto Cewek Hot Terbaru - Foto Mesum Terbaru - Cerita Sex Profesi dan Kehormatan - dan Seputar Dewasa Terbaru 2017

Cerita Sex Profesi dan Kehormatan
Cerita Sex Profesi dan Kehormatan (Part 1)

Saya tersentak bangun saat mendengar jam weker saya berdering dengan nyaring.

“Uhh.. Jam berapa ini..!” gumam saya pelan sambil berusaha membuka mata saya.

Saya masih malas dan ingin kembali tidur, tapi tiba-tiba saya teringat bahwa hari ini saya harus buru-buru berkemas dan berangkat, kalau tidak, saya akan ketinggalan pesawat. Hari ini saya akan pergi ke luar kota, bank swasta tempat saya bekerja menugaskan saya untuk mengikuti beberapa program pendidikan di kantor cabang salah satu kota di daerah Jawa Tengah.

Nama saya Niken. Saya dilahirkan dari keluarga yang serba berkecukupan dan saya hanya mempunyai satu saudara kandung laki-laki, praktis semua permintaan dan kebutuhan saya selalu dipenuhi oleh kedua orang tua saya. Saya benar-benar sangat dimanja oleh mereka. Ayah saya berasal dari Jerman, sedangkan ibu saya berasal dari Padang, saya bersyukur karena seperti gadis peranakan pada umumnya, saya pun tumbuh menjadi gadis yang berwajah cukup cantik.

Saat ini usia saya 25 tahun, wajah saya cantik dan kulit saya putih mulus, rambut saya lurus dan panjang sampai di bawah bahu. Tubuh saya pun termasuk tinggi dan langsing dipadu dengan ukuran buah dada yang termasuk besar untuk ukuran gadis seusia saya, ditambah lagi saya sangat rajin merawat tubuh saya sendiri supaya penampilan saya dapat terus terjaga.

“Wah.. aku belum sempat potong rambut nih..” gumamku sambil terus mematut diri di depan cermin sambil mengenakan pakaian saya.

Hari ini saya memakai setelan rok coklat tua dan kemeja putih berkerah, lalu saya padukan dengan blazer coklat muda. Saya merasa tampil makin cantik dengan pakaian kesayangan saya ini, membuat saya tambah percaya diri.

Singkat cerita, saya telah sampai di kota tempat saya akan bekerja. Saya langsung menuju kantor cabang saya karena saya harus segera melapor dan menyelesaikan pekerjaan. Sesampai di depan kantor suasananya terlihat sangat sepi, di lobby kantor hanya terlihat dua orang satpam yang sedang bertugas. Mereka mengatakan bahwa seluruh karyawan sedang ada pelatihan di gedung sebelah. Dan mereka juga berkata bahwa saya sudah ditunggu oleh Pak Herman di ruangannya di lantai dua, Pak Herman adalah pimpinan kantor cabang di kota ini.

“Selamat siang.. Kamu Niken kan?” sambut Pak Herman ramah sambil mempersilakan saya duduk.

“Iya Pak” jawab saya sopan.

Pak Herman kemudian mengajukan beberapa pertanyaan kepada saya, sambil sesekali menanyakan keadaan para pegawai di kantor pusat. Cukup lama juga saya berbicara dengan Pak Herman, hampir lima belas menit, padahal sebenarnya, saya harus ke gedung sebelah untuk mengikuti diklat, tapi Pak Herman terus saja menahan saya dengan mengajak saya berbicara.

Sebenarnya saya sedikit risih dengan cara Pak Herman memandang saya, mulutnya memang mengajukan pertanyaan kepada saya, tapi matanya terus memandangi tubuh saya, tatapannya seperti hendak menelanjangi saya. Dia memperhatikan saya mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, sesekali pandangannya tertumpu di sekitar paha dan buah dada saya.

Saya agak menyesal karena hari ini saya mengenakan rok yang agak pendek, sehingga paha saya yang putih jadi sulit untuk saya sembunyikan. Dasar mata keranjang, sungutku dalam hati. Baru tak berapa lama kemudian pembicaraan kami pun selesai dan Pak Herman beranjak ke arah pintu mempersilakan saya untuk mengikuti diklat di gedung sebelah.

“Terima kasih Pak.. Saya permisi dulu..” jawab saya sambil beranjak ke arah pintu.

Perasaan saya langsung lega karena dari tadi saya sudah sangat risih dengan pandangan mata Pak Herman yang seperti hendak menelan saya bulat-bulat. Pak Herman membukakan pintu untuk saya, saya pun berterima kasih sambil berjalan melewati pintu tersebut.

Tapi saya kaget bukan kepalang saat tiba tiba rambut saya dijambak dan ditarik oleh Pak Herman, sehingga saya kembali tertarik masuk ke ruangan itu, lalu Pak Herman mendorong saya dengan keras sehingga saya jatuh terjerembab di atas sofa tempat tadi saya duduk dan berbicara dengan Pak Herman.

“Apa yang Bapak lakukan..?? Mau apa Bapak..?” jerit saya setengah bergetar sambil memegangi kepala saya yang sakit akibat rambut saya dijambak seperti itu.

Pak Herman tidak menjawab, dia malah mendekati saya setelah sebelumnya menutup pintu ruangannya. Sedetik kemudian dia telah menyergap, mendekap dan menggumuli saya, nafasnya mendengus menghembus di sekitar wajah saya saat Pak Herman berusaha menciumi bibir saya

“Jangan.. Jangann..! Lepasskan.. Ssaya..!” jerit saya sambil memalingkan wajah saya menghindari terkaman mulutnya.

“Diam..!!” bentaknya mengancam sambil mempererat pelukannya pada tubuh saya.

Saya terus meronta sambil memukulkan kedua tangan saya ke atas pundaknya, berusaha melepaskan diri dari dekapannya, tapi Pak Herman terus menghimpit saya dengan erat, nafas saya sampai tersengal-sengal karena terdesak oleh tubuhnya. Bahkan sekarang Pak Herman telah mengangkat tubuh saya, dia menggendong saya sambil tetap mendekap pinggang saya, lalu dia menjatuhkan dirinya dan tubuh saya di atas sofa dengan posisi saya ada di bagian bawah, sehingga kini tubuh saya tertindih oleh tubuhnya.

Saya terus menjerit dan meronta, berusaha keluar dari dekapannya, lalu pada satu kesempatan saya berhasil menendang perutnya dengan lutut saya hingga membuat tubuhnya terjajar ke belakang. Dia terhenyak sambil memegangi perutnya, saya pergunakan kesempatan itu untuk berlari ke arah pintu. Saya hampir sampai di pintu keluar saat tubuh saya kembali tertarik ke belakang, rupanya Pak Herman berhasil menggapai blazer saya dan menariknya hingga terlepas dari tubuh saya, sesaat kemudian saya sudah berada di dalam dekapannya kembali.

“Bajingann..! Lepaskan saya..!” jerit saya sambil memakinya.

Tenaga saya sudah mulai habis dan suara saya pun sudah mulai parau, Pak Herman masih terus memeluk saya dari belakang sambil mulutnya berusaha menciumi leher dan tengkuk saya, sementara tangannya menelikung kedua tangan saya, membuat tangan saya terhimpit dan tidak dapat bergerak.

“Jangann..! Biadab.. Lepaskan sayaa..!” saya kembali menjerit parau.

Air mata saya sudah meleleh membasahi pipi saya, saat tangan Pak Herman membetot keras kemeja putih saya, membuat seluruh kancingnya terlepas dan berjatuhan di atas lantai. Sekarang tubuh bagian atas saya menjadi setengah terbuka, mata Pak Herman semakin melotot melihat buah dada saya yang masih terlindung di balik bra hitam saya. Setelah itu, dia menarik kemeja yang masih menempel di bahu saya, dan terus menariknya sampai menuruni lengan saya, sampai akhirnya Pak Herman menggerakkan tangannya, melemparkan kemeja putih saya yang telah terlepas dari tubuh saya.

“Lepasskann..!!” jerit saya saat satu tangannya mulai bergerak meremasi sebelah payudara saya.

Tubuh saya mengelinjang hebat menahan ngilu di buah dada saya, tapi dia tidak berhenti, tangannya malah semakin keras meremas buah dada saya. Seluruh tubuh saya bergetar keras saat Pak Herman menyusupkan tangannya ke balik bra hitam saya dan mulai kembali meremas payudara saya dengan kasar, sambil sesekali menjepit dan mempermainkan puting buah dada saya dengan jarinya, sementara mulutnya terus menjilati leher saya dengan buas.

Pak Herman sudah akan menarik lepas bra yang saya kenakan, saat pada saat yang bersamaan pintu depan ruangannya terbuka, dan muncul seorang laki laki dengan wajah yang tampak kaget.

“Ada apa nih Pak Herman..?” serunya, sambil memandangi tubuh saya.

“Lepaskan saya.. Pak..! Tolong saya..! Pak Herman akan memperkosa saya..!” jerit saya memohon pertolongan dari orang itu.

Perasaan saya sedikit lega saat laki-laki itu muncul, saya berharap dia akan menolong saya. Tapi perkiraan saya ternyata salah..

“Wah Pak.. Ada barang baru lagi nih. Cantik juga..!” seru laki-laki itu sambil berjalan mendekati kami, saya langsung lemas mendengar kata-katanya, ternyata laki laki ini sama bejatnya dengan Pak Herman.

“Ada pesta kecil..! Cepat Suf.!! Lu pegangi dia..! Cewek ini binal banget” jawab Pak Herman sambil tetap mendekap tubuh saya yang masih terus berusaha meronta.

Sedetik kemudian laki-laki itu sudah berada di depan saya, tangannya langsung menggapai dan merengkuh pinggang saya merapatkan tubuhnya dengan tubuh saya. Saya benar-benar tidak dapat bergerak, terhimpit oleh laki-laki itu dan Pak Herman yang berada di belakang saya, lalu tangannya bergerak ke arah bra saya, dan dengan sekali sentak, dia berhasil merenggut bra itu dari tubuh saya.

“Tidak.. Tidak..! Jangan lakukan..!!” jerit saya panik.

Tangis saya meledak, saya begitu ketakutan dan putus asa hingga seluruh bulu kuduk saya merinding, dan saya semakin gemetar ketakutan saat laki-laki yang ternyata bernama Yusuf itu melangkah ke belakang, sedikit menjauhi saya, dia diam sambil memandangi buah dada saya yang telah terbuka, pandangannya seperti hendak melahap habis payudara saya.

“Sempurna..! Besar dan padat..” gumamnya sambil terus memandangi kedua buah dada saya yang menggantung bebas.

Setelah itu dia kembali beranjak mendekati saya, mendongakkan kepala saya dan melumat bibir saya, sementara tangannya langsung mencengkeram buah dada saya dan meremasnya dengan kasar. Suara tangisan saya langsung terhenti saat mulutnya menciumi bibir saya, saya rasakan lidahnya menjulur di dalam mulut saya, berusaha menggapai lidah saya.

Saya tercekat saat tangannya bergerak ke arah selangkangan saya, menyusup ke balik rok saya, saya langsung tersentak kaget saat tangannya merengkuh vagina saya. Saya kumpulkan sisa-sisa tenaga saya lalu dengan sekuat tenaga saya dorong tubuh Pak Yusuf.

“Tidak.! Tidak..! Lepaskan saya.. Bajingan kalian..!” saya menjerit sambil menendang-nendangkan kaki saya berusaha menjauhkan laki-laki itu dari tubuh saya.

“Ouh.. Ssakit..!!” keluh saya saat Pak Herman yang berada di belakang saya kembali mendekap saya dengan lebih erat.

Saya tengadahkan kepala saya, saya tatap wajah Pak Herman, saya memohon supaya dia melepaskan saya.

“Tolonngg.. Hentikann Pak..!! Saya.. Mohon.. Lepaskan saya..” ucap saya mengharap belas kasihannya.

Keadaan saya saat itu sudah benar-benar berantakan, tubuh bagian atas saya sudah benar-benar telanjang, membuat kedua payudara saya terlihat menggantung dan tidak lagi tertutup oleh apapun. Saya sangat takut mereka akan lebih bernafsu lagi melihat keadaan tubuh saya yang sudah setengah telanjang ini, apalagi saat ini tubuh saya sedang ditelikung oleh Pak Herman dari belakang hingga posisi itu membuat dada saya jadi terdorong ke depan dan otomatis buah dada saya pun ikut membusung.

Beberapa saat kemudian Pak Herman tiba tiba mengendorkan dekapannya pada tubuh saya dan akhirnya dia melepaskan saya. Saya hampir tidak percaya bahwa Pak Herman mau melepaskan saya, padahal saat itu saya sudah sangat putus asa, saya sadar saya hampir tidak mungkin lolos dari desakan kedua laki-laki tersebut.

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, saya langsung berlari secepatnya ke arah pintu, tapi lagi-lagi saya kalah cepat, Pak Yusuf sudah menghadang di depan saya dan langsung menghunjamkan pukulannya ke arah perut saya.

“Arghh..!! Sshh.. Ouhh..” saya mengeluh kesakitan.

Saya pegangi perut saya, seketika itu juga, saya langsung jatuh terduduk, nafas saya tersengal-sengal menahan sakit yang tak terkira. Belum hilang rasa sakit saya, mereka berdua langsung menyerbu ke arah saya.

“Pegangi tangannya Suf..!!” seru Pak Herman sambil mendorong tubuh saya sehingga saya jatuh terjengkang di atas lantai.

Seketika itu juga Pak Yusuf sudah berada di atas kepala saya dan mencengkeram kedua tangan saya, sementara Pak Herman berada di bawah tubuh saya, mendekap kedua kaki saya yang berusaha menendangnya. Dia sudah seperti kemasukan setan, melepasi sepatu hak tinggi saya, merobek stocking saya dan mencabik cabik rok yang saya kenakan dan akhirnya dia merenggut dengan paksa celana dalam saya, melolosinya dari kedua kaki saya dan melemparkannya ke lantai.

“Lepasskann..! Lepasskan..! Tolongg.. Jangan perkosa sayaa..!” jeritan saya makin keras di sela-sela keputus-asaan.

Saya sudah tidak sanggup lagi menahan mereka yang sepertinya semakin bernafsu untuk memperkosa saya. Air mata saya makin deras mengalir membasahi kedua pipi saya. Saya pejamkan mata saya, bulu kuduk saya langsung bergidik, saya tidak sanggup membayangkan kalau hari ini saya akan diperkosa oleh mereka.

“Jangann.. Ahh.. Tolongg..!” saya menjerit histeris saat Pak Herman melepaskan pegangannya pada kedua kaki saya.

Dia berdiri sambil melepaskan pakaiannya sendiri dengan sangat terburu-buru. Saya sadar, laki-laki ini sebentar lagi akan menggagahi saya. Seketika itu juga saya rapatkan kedua kaki saya dan saya tarik ke atas hingga menutupi sebagian dada saya, sementara kedua tangan saya masih tetap di dekap erat oleh Pak Yusuf. Tiba tiba Pak Herman berjongkok, dia langsung menarik kedua kaki saya, merenggangkannya dan kemudian memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal paha saya.




Cerita Dewasa Sex Perawan, Cerita Dewasa Sex SMA, Cerita Dewasa Sex Gangbang, Cerita Dewasa Sex SPG, Cerita Dewasa Sex ABG,Cerita Dewasa Sex Model, Cerita Dewasa Sex Suster, Cerita Dewasa Sex Mahasiswa, Cerita Dewasa Sex Mahasiswi, Cerita Dewasa Sex Threesome, Cerita Dewasa Sex Pembantu, Cerita Dewasa Sex Tante Girang, Cerita Dewasa Sex Salon++, Cerita Dewasa Sex Lesbi, Cerita Dewasa Sex Gay, Foto Hot ABG Terbaru, Foto Hot Model Terbaru, Foto Hot Mahasiswi Terbaru, Foto Hot Tante Terbaru, Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Mesum terbaru 2016, Cerita Dewasa Terbaru 2016, Dan Lain-lain.
Cerita Sex Profesi dan Kehormatan (Part 1) Cerita Sex Profesi dan Kehormatan (Part 1) Reviewed by Ratu Judi Online on 07.07 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.